BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Polycythemia adalah kondisi yang berakibat pada naiknya tingkat sel-sel darah merah yang bersirkulasi dalam aliran darah. Orang-orang dengan Polycythemia mempunyai peningkatan pada hematrocrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah diatas batasan-batasan normal. Polycythemia normalnya dilaporkan dalam istilah-istilah dari peningkatan hematocrit atau hemoglobin.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mempelajari tentang Asuhan Keperawatan tentang Polycythemia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Polycythemia adalah kondisi yang berakibat pada naiknya tingkat sel-sel darah merah yang bersirkulasi dalam aliran darah. Orang-orang dengan Polycythemia mempunyai peningkatan pada hematrocrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah diatas batasan-batasan normal. Polycythemia normalnya dilaporkan dalam istilah-istilah dari peningkatan hematocrit atau hemoglobin.
Polycythemia dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu primer dan sekunder :
1. Polycythemia primer : pada polycythemia primer peningkata pada sel-sel darah merah disebabkan oleh persoalan-persoalan yang melekat pada proses produksi sel darah merah.
2. Polycythemia sekunder : Polycythemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon pada faktor-faktor lain atau kondisi-kondisi yang mendasarinya yang memajukan produksi sel darah merah.
B. Etiologi
1. Kelelahan
2. Sakit kepala
3. Gatal
4. Memar
5. Nyeri sendi dan nyeri perut
C. Patofisiologi
Policitemia
↓
Eritrositosis
↓
Gangguan aliran darah
↓
Viskositas darah
↓
Trombhus stroke
D. Manifestasi Klinis
1. Muka kemerah-merahan (pletora) gambaran pembuluh darah di kulit / siput lendir dan konjungtiva hiperemia sebagai akibat peningkatan masa eritrosit.
2. Hiper fispositas yang menyebabkan menurunnya aliran darah sehingga terjadi hipoksia. Jaringan dengan manifestasi klinis sakit kepala, dizzines, vertiga, tinitus, gangguan penglihatan.
3. Manifesktasi perdarahan (10-20% penderita) : epistaksis, perdarahan fraktur gastro intestinal, serta abnormalitas pembekuan.
4. Manifestasi trombosit arteri dan vena : gangguan serebro vasculer, infakt moi kardium, infak paru-paru, trombisis vena hepatika.
5. Splenomigali
6. Hepatomigali
7. Proritus urtikaria
8. Gout.
E. Prosedur Diganostik
Pemeriksaa diagnostik yang dilakukan pada klien ini adalah sebagai berikut :
1. Apusan darah tepi
Eritrosit : Normosiver nomokrom (pada awal penyakit), anisositesis, poikilositosis pada transisi menjadi milofibrosis.
Leukosit : dengan pergeseran ke kiri, basofilia
Trombosit : trombositosis, kadang-kadang disertai morfologi abnormal dua
2. Sum-sum tulang : Biasanya hiperseluler dengan hiper plasia semua elemen sum-sum tulang pada mio legram didapatkan presentasi mormoblas aga meningkat, mieloblas mieolesis dapat meningkatn, serta eisonevil dan basovil meningkat.
3. Meningkatnya HP berkisar 18-24%.
4. Meningkatnya Hemetokit dapat mencapai > 60%
5. Meningkatnya eritrosit 7-10 / mm3
6. Fiskositas darah meningkat 5-8 x normal.
7. Leukositosis 12000-2500 / mm3.
8. Trombositosis 450.000-800.000/mm3
9. Volum darah meningkat
10. Hiperuripemia
F. Penatalaksanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan sel darah merah dan volume darah.
2. Resiko tinggi perubahan perfungsi jaringan perifer berhubungan dengan pembentukan trombus skunder.
3. Risiko tinggi perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana tindakan, kesulitan penyesuaian terhadap kondisi kronis.
a. Dx I
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan sel darah merah dan volume darah.
b. Tujuan
Klien mampu mendemonstrasikan hilangnya kelebihan vol cairan dan agar volume cairan dalam batas normal.
c. Intervensi
1) Batas masukan cairan bila gejala kelebihan cairan seperti relas hipertensi nadi kuat atau meningkatkan frekuensi normal.
Rasional : (untuk mencegah kelebihan lebih lanjut).
2) Atur terhadap flebotomi sesuai ketentuan, konsultasikan ke dokter bila TTV, BH, hematokrit, natrium serum tetap tinggi setelah jumlah darah yang ditentukan telah dikeluarkan.
Rasional : (normalnya nilai-nilai pasca flebotomi harus menurunkan nilai pra flebotomi).
3) Sebelum dan sesudah flebotomi, pantau adanya tanda-tanda sebagai berikut :
a. Tekanan darah dan pernafasan.
b. Hasil pemeriksaan elektrolit serum.
c. Hasil pemeriksaan darah lengkap.
d. Berat badan.
Rasional : (untuk mengevaluasi keefektifan terapi)
4) Berikan obat-obatan yang diberikan untuk mengkontrol poliferasi dari sel-sel darah dan evaluasi keefektifan.
Rasional : (farmakoterapi sepanjang hidup diperlukan secara efektif untuk mengkontrol plicitemia vera).
d. Implementasi
1) Kaji TTV agar dalam batas normal.
2) Berikan klien obat diuretik agar volume cian kembali normal.
3) Informasikan kepada klien agar konsultasi ke dokter bila TTV, hb, hematorkrit, Na serum tetap tinggi.
e. Evaluasi
1) Berpartisipasi dalam aktivitas tanpa mengalami tahipneu, tahikardi dan kelelahan.
2) Hasil lab dari darah lengkap dan serum dalam batas normal.
3) Bunyi nafas bersih
4) Berhubungan dengan berat badan.
5) TTV dalam batas normal.
a. Dx II
Gangguan risiko tinggi perubahan perfusi yang berhubungan dengan pembentukan trombus sekunder.
b. Tujuan
Agar perfusi jaringan klien berada dalam keadaan normal.
c. Intervensi
1) Anjurkan klien melakukan latihan rentang gerak aktif.
Rasional : (imobilisasi mempredisposisikan klien pada pembuluh trombus)
2) Anjurkan masukan cairan bila tidak ada gejala-gejala kelebihan beban cairan.
Rasional : (cairan membuat menurunkan viskositas darah).
3) Pantau :
a) Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap, khusus hematokrit.
b) Status vascular periver setiap 8 jam.
Rasional : (untuk mendeteksi komplikasi dini).
4) Beritahu dokter bila terjadi pembentukan trombus berupa :
• AP
• Klaudikasi intermiten.
• Tromboflebisitas
Rasional : (obstruksi pembuluh darah tombus mempengaruhi aliran darah di sekitar jaringan sehingga terjadi iskemia.)
d. Implementasi
1) Awasi tanda-tanda vital klien, kaji pngisian kapiler.
2) Memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
3) Vasokontriksi ke organ untuk menurunkan sirkulasi perifer.
4) Awasi pemeriksaan laboratorium : HB dan HT.
e. Evaluasi
Kriteria evaluasi pada klien ini adalah jika tidak ada perdarahan berlebihan dan tanda-tanda trombothibitis. Hasil yang diharapkan dari klien adalah klien menunjukkan perfusi jaringan tetap adekuat.
a. Dx. III
Gangguan risiko perubahan penatalkasanaan, pemeliharaan dirumah yang beruhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana tindakan.
b. Tujuan
Agar pengetahuan klien mengenai perubahan penatalaksanaan di rumah dapat terpenuhi.
c. Intervensi
1) Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang mengalami penyakit kronis, Berikan jawaban yang benar untuk menghilangkan adanya kesalahan persepsi
Rasional : (pengungkapan perasan memudahkan kopping, pengetahuan yang akurat tentang situasi yang dialami dapat membantu mengurangi ansietas).
2) Instruksikan klien untuk mencari pertolongan medis bila gejala-gejala kelebihan beban sirkulasi atau terjadi pembuluh trombus.
Rasional : (intervensi segera diperlukan untuk mencegah kerusakan jaringan permanen).
3) Senantiasa memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan laboratorium kepada klien.
Rasional : (untuk meningkatkan keterlibatan klien dalam melakukan tanggung jawab dalam mempertahankan kesehatannya sendiri)
d. Implementasi
1) Ajak klien agar mau mengungkapkan perasaannya.
2) Jelaskan pada pasien tentang penatalaksanan pemeliharaan di rumah tentang penyakitnya.
3) Beritahu klien agar mampu mendemonstrasikan keinginan untuk memenuhi rencana tindakan.
e. Evaluasi
1) Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan rencana tindakan.
2) Mengungkapkan rencana-rencana untuk menggabungkan rencana tindakan dalam hidup baru.
3) Hasil yang diharapkan dari klien adalah klien mampu mendemonstrasikan keinginan untuk memenuhi rencana tindakan.
BAB III
KESIMPULAN
Polycythemia adalah kondisi yang berakibat pada naiknya tingkat sel-sel darah merah yang bersirkulasi dalam aliran darah.
Polycythemia dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu primer dan sekunder :
- Polycythemia primer : pada polycythemia primer peningkata pada sel-sel darah merah disebabkan oleh persoalan-persoalan yang melekat pada proses produksi sel darah merah.
- Polycythemia sekunder : Polycythemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon pada faktor-faktor lain atau kondisi-kondisi yang mendasarinya yang memajukan produksi sel darah merah.
The goal of Polycythemia Vera treatment is to control symptoms and reduce risk of development of associated complications. Several procedures and medications are now a day in practice but for Polycythemia Herbal Treatment the herbal formula by Natural Herbs Clinic is the best medication available so far.
BalasHapus